Skip to main content

Tayangan Layangan Putus Bisa Jadi Kenyataan Dalam Hidup Kamu! Kok bisa?

Menonton itu adalah bentuk stimulus visual secara eksternal bagi seseorang. Ada orang yang melakukan aktivitas menonton untuk membangkitkan beragam emosi dalam diri mereka, meskipun tidak sedikit karena hobi. Tetapi tetap saja outcome-nya bakalan kena emosi juga. Let say ketika kamu kehilangan motivasi, jika sub modalitas kamu adalah visual, maka menonton adalah salah satu cara paling ampuh untuk ngebangkitin emosi semangat dari unconscious mind kamu. 

Sebelum saya ngegalih lebih  teknis lagi mengenai fenomena menonton ini (khususnya tayangan Layangan Putus yang saat ini menjadi trending topik di semua kalangan apalagi perempuan), saya mau ngasih tahu dari sudut pandang NLP (Neuro Linguistic Programming) mengenai cara kerja pikiran manusia, the law of attraction dan bagaimana semua itu bisa menjadi kenyataan. 

Manusia punya dua alam berpikir, conscious mind (pikiran sadar) and anconsious mind (pikiran bawah sadar). Antara conscious mind dan anconsious mind ada pembatas yang disebut dengan critical area. Secara teknis fungsi critical area itu sebagai filter and security information yang masuk ke kita melalui panca indra (yang dalam ilmu NLP disebut primary sistem). 

Ada 5 panca indra manusia: visual, auditori, kinestetik, olfactory, dan gustatory. Tetapi dalam NLP kita hanya membahas 3 yakni visual, auditori dan kinestetik. Karena gustatory dan olfactory udah include ke dalam kinestetik. Nah manusia pasti punya ke lima primary sistem tersebut, tetapi yang paling mendominasi disebut sebagai sub modality

Balik lagi ke alam berpikir manusia. Conscious mind itu fungsinya untuk limited information atau memori jangka pendek, sementara unconscious mind untuk jangka panjang yang di dalamnya terdapat believe, emosi, habits, culture, imajinasi, and all memory sepanjang hidup kamu. 

Informasi yang kita dapatkan setiap hari, jika itu tidak menjadi outcome atau sesuatu yang kita butuhkan, maka informasi itu hanya akan bertahan sementara di conscious mind lalu hilang begitu saja atau kita lupakan--kondisi ini tidak cukup berbahaya for your future. But, akan menjadi bahaya jika informasi tersebut masuk ke dalam unconscious mind apalagi informasi tersebut menjadi believe bagi kita, menjadi nilai-nilai yang bahkan sudah bercampur dengan emosi kita dan berdampak negatif bagi kita. Hati-hati guys hidup kita itu tidak lepas dari yang namanya the law of attraction

Kita tidak sedang berbicara di ranah spiritual atau agama. Bahkan dalam agama pun jelas bahwa takdir itu ada yang bisa diubah dan ada yang tidak bisa diubah. For example, takdir yang tidak bisa diubah ya kematian, jodoh, rezeki (koreksi jika salah). Sementara di luar dari itu semua, let say about your circle, career, education, relationship/hubungan keluarga (yang relate dengan tayangan layangan putus) or everything about that, itu masih dalam kendali kita dan kita juga yang memutuskan akan menjadi seperti apa nantinya. 

Kembali ke the law of attraction tadi, bahwa ini merupakan hukum alam yang berlaku dan sama dengan hukum gravitasi, artinya tidak sedetikpun hukum ini tidak bekerja. Kita yang hari ini adalah apa yang kita pikirkan dan lakukan di masa lalu, sementara kita di masa depan adalah apa yang kita pikirkan dan lakukan di hari ini. Simple-nya begini, kita menarik hal-hal dalam hidup kita tanpa kita sadari apa yang kita tarik itu sangat berdampak bagi kehidupan kita di masa nanti. 

Jika kita menarik hal-hal negatif, maka demikian juga yang akan kita dapatkan di masa nanti, begitupun jika kita menarik hal-hal positif. Lalu bagaimana cara kerjanya? Otak manusia tidak mengenal kata "ya" atau "tidak". Intinya apa yang kita pikirkan, maka itu juga yang akan kita hadirkan atau kita dapatkan. For example, jika saya mengatakan "Jangan bayangkan gajah" maka yang akan muncul di kepala kita adalah gajah. Fenomena inilah yang menyebabkan munculnya kalimat, "Larangan berarti perintah". 

Akan sangat mengkhawatirkan lagi jika yang kita pikirkan itu menyatu dengan emosi kita. Selain menghadirkan tampilan visual, kita juga mengenali suaranya bahkan perasaannya. Dalam kasus menonton tayangan Layangan Putus misalnya, banyak orang yang setelah menonton mereka menciptakan keyakinan baru dalam pikiran bahkan emosi mereka. Banyak asumsi-asumsi yang menjadi believe dalam diri mereka like "Saya jadi takut menikah" atau "Saya takut diselingkuhi". Jika sudah ada pikiran seperti itu bahkan disempurnakan dengan emosi di dalamnya, maka secara tidak sadar akan tercipta new behavior dalam diri kita. For example, bagi mereka yang sudah menikah, akan menjadi lebih posesif dengan pasangannya, memeriksa mutasi rekening, ke mana-mana harus VC atau telpon, atau parahnya ke mana-mana harus berdua. Akibat dari new behavior tersebut banyak dari pasangan mereka yang kaget atau bahkan sulit menerima perubahan perilaku yang tiba-tiba itu. Hasilnya? Mereka mungkin tidak akan merasa nyaman dan bisa saja akan muncul konflik di sana lalu pada akhirnya terjadilah apa yang kita takuti di atas. 

Point dari tulisan ini sebenarnya saya hanya ingin bilang bahwa kita harus berhati-hati dengan pikiran kita. Karena dari pikiranlah terbentuknya bahasa kita. Kemudian menjadi perilaku, menjadi kebiasaan, dan pada akhirnya menjadi nasib yang bahkan tidak kita inginkan. Kalimat ini dipertegas juga pada video singkat influencer Serly yang dia kutip dari Margareth Thatcher: perhatikan apa yang kamu pikirkan karena itu akan keluar menjadi bahasa, menjadi Kata-kata. Perhatikan apa yang kamu katakan, karena itu akan keluar menjadi tindakan/perilaku. Perhatikan tindakan atau perilaku kamu, karena itu akan keluar menjadi kebiasaan dan jika itu diulang-ulang maka itu akan terbentuk menjadi karakter, lalu demikianlah nasib kamu. 

Sebagai penonton yang bijak, kita bisa belajar dari setiap apa yang kita tonton. Ambil positifnya buang negatifnya. The map is not territory, tidak semua realitas adalah kenyataan dalam kehidupan kita, dan setiap orang punya jalan hidupnya masing-masing. Membandingkan kehidupan orang lain dengan kehidupan kita adalah hal yang sebaiknya tidak dilakukan. Alangkah baiknya membandingkan diri kita saat ini dengan diri kita di masa lalu, itu lebih bijaksana. 

(Tulisan ini belum sempurna, karena butuh ruang yang lebih luas lagi agar tersampaikan semua maksud dari tulisan singkat ini. Mungkin akan saya realisasikan dalam bentuk buku). 


Danialsa_

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Esensi Merunduk Sebuah fakta baru kembali menggetarkan nalar para pemerhati pengetahuan khususnya di bidang literasi. Hal mana berdasarkan data yang dikeluarkan oleh World Bank dalam dokumentasi publikasi Indonesia Economic Quarterly , Juni 2018 menyatakan bahwa 55 persen masyarakat Indonesia mengalami buta huruf fungsional, tidak terkecuali para mahasiswa. Fenomena yang banyak kita temukan di lingkungan universitas bahwa tidak sedikit mahasiswa yang memiliki kebiasaan copy paste, sehingga kebiasaan plagiarisme tidak dapat dihindarkan. Berkenaan dengan fakta di atas, sebuah kebiasaan unik yang sudah menjadi kultur di lingkungan mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo dan mungkin juga di kampus-kampus besar lainnya, yaitu perintah "MERUNDUK" oleh senior kepada mahasiswa baru. Sebuah perintah yang hukumnya fardu ain untuk dilaksanakan. Beberapa senior mengklaim bahwa itu sudah menjadi kebiasaan di masa orientasi mahasiswa, ada juga yang berpendapat bahwa perintah
  Love Language ala NLP Arsa Danialsa Istilah love language pasti tidak asing lagi di telinga kita semua. Yap, sebuah konsep yang dikenalkan oleh Dr. Gary Chapman pada tahun 90an ini, meskipun telah berlalu lebih dari 20 tahun, faktanya konsep ini masih relevan dengan kondisi sekarang. Belum lagi saat ini istilah love language sedang trend di kalangan anak muda.  Words of affirmation, quality time, receiving gifts, acts of service, and physical touch.  Lima bahasa cinta yang mulai bertebaran di banyak media sosial pun ruang-ruang obrolan anak muda. Lalu apa menariknya konsep ini? Yuk kita bahas singkat: Pertama , orang yang love language -nya word of affirmation adalah mereka yang senang dengan apresiasi dalam bentuk kata-kata seperti pujian atau bahkan hal receh seperti gombalan. Kedua , mereka dengan  love language quality time , adalah orang-orang yang berorientasi pada kualitas waktu yang dihabiskan bersama. Saat sedang bersama, mereka paling anti dengan distraksi apa pun itu t
S(U)AMPAH MAHASISWA "Mereka tidak punya kesadaran tapi seolah-olah sadar," Samsi Pomalingo. Sebuah tanda ketidakharmonisan antara kata-kata dan perilaku. Di lain situasi mereka yang sering tampil di permukaan podium atau bahkan bermain kata di atas media, mengaku sebagai orang yang beradab dan bermoral, tetapi fenomena menjawab terbalik, sebuah kekeliruan berpikir kerap kali menjadi kelalaian orang-orang yang berkepala dingin. Bagaimana tidak, mahasiswa yang begitu identik dengan gelar agent of change seolah tidak peduli dengan hal-hal kecil yang memiliki dampak besar di masa yang akan datang. Gambar di atas tulisan ini, menjadi salah satu contoh sederhana yang bisa saya tunjukkan dan tidak bermaksud menyinggung tapi marilah kita sama-sama tersinggung. Bicara perihal adab dan moral sudah semestinya kita luruskan. Bahwa memerhatikan hal-hal yang besar dan mengabaikan hal-hal yang kecil justru adalah kekeliruan dalam berpikir. Mahasiswa yang bermoral tentu mengerti