Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2019
Sumber Foto: jenzabar.com “PR” Sumber Daya Mahasiswa Sebuah realitas klasik kerap kali kita temui di lingkungan universitas. Bagaimana tidak, kebanyakan mahasiswa bahkan mayoritas mahasiswa cenderung memiliki tujuan yang keliru dalam perkuliahan. Lebih dari 50 persen mahasiswa menargetkan kuliah hanya untuk lulus, setelah itu dapat ijazah dan kemudian bekerja. Prihatinnya lagi aktivitas kuliahnya hanya sebatas kampus-indekos/rumah-kampus-indekos/rumah saja.   Faktanya saat ini mahasiswa begitu mendewakan sebuah "ANGKA" di atas kertas yang bahkan dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan dalam dunia pendidikan. Asalkan IPK-nya tinggi berarti aman-aman saja. Anggapannya bahwa IPK tinggi sudah menjadi harapan kebanyakan perusahaan ataupun tempat-tempat yang menawarkan pekerjaan lainnya. Sebenarnya yang terjadi adalah ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Harapannya IPK tinggi adalah satu-satunya kekuatan untuk berkarier, kenyataannya bahwa IPK tinggi buka
S(U)AMPAH MAHASISWA "Mereka tidak punya kesadaran tapi seolah-olah sadar," Samsi Pomalingo. Sebuah tanda ketidakharmonisan antara kata-kata dan perilaku. Di lain situasi mereka yang sering tampil di permukaan podium atau bahkan bermain kata di atas media, mengaku sebagai orang yang beradab dan bermoral, tetapi fenomena menjawab terbalik, sebuah kekeliruan berpikir kerap kali menjadi kelalaian orang-orang yang berkepala dingin. Bagaimana tidak, mahasiswa yang begitu identik dengan gelar agent of change seolah tidak peduli dengan hal-hal kecil yang memiliki dampak besar di masa yang akan datang. Gambar di atas tulisan ini, menjadi salah satu contoh sederhana yang bisa saya tunjukkan dan tidak bermaksud menyinggung tapi marilah kita sama-sama tersinggung. Bicara perihal adab dan moral sudah semestinya kita luruskan. Bahwa memerhatikan hal-hal yang besar dan mengabaikan hal-hal yang kecil justru adalah kekeliruan dalam berpikir. Mahasiswa yang bermoral tentu mengerti
Esensi Merunduk Sebuah fakta baru kembali menggetarkan nalar para pemerhati pengetahuan khususnya di bidang literasi. Hal mana berdasarkan data yang dikeluarkan oleh World Bank dalam dokumentasi publikasi Indonesia Economic Quarterly , Juni 2018 menyatakan bahwa 55 persen masyarakat Indonesia mengalami buta huruf fungsional, tidak terkecuali para mahasiswa. Fenomena yang banyak kita temukan di lingkungan universitas bahwa tidak sedikit mahasiswa yang memiliki kebiasaan copy paste, sehingga kebiasaan plagiarisme tidak dapat dihindarkan. Berkenaan dengan fakta di atas, sebuah kebiasaan unik yang sudah menjadi kultur di lingkungan mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo dan mungkin juga di kampus-kampus besar lainnya, yaitu perintah "MERUNDUK" oleh senior kepada mahasiswa baru. Sebuah perintah yang hukumnya fardu ain untuk dilaksanakan. Beberapa senior mengklaim bahwa itu sudah menjadi kebiasaan di masa orientasi mahasiswa, ada juga yang berpendapat bahwa perintah
Memaknai Hans Bague Jassin, Gorontalo dan Indonesia Oleh: Arsa Danialsa (Aktivis Literasi Gorontalo dan Kader PMII) Tepat 31 Juli 2019 nanti kita akan memperingati 102 tahun H.B. Jassin. Tidak banyak masyarakat Gorontalo yang tahu perihal H.B. Jassin. Hanya segelintir orang yang begitu sadar dan memperhatikan, sebut saja para akademisi dan peneliti kampus/daerah, bahkan hanya orang-orang tertentu yang benar-benar serius mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan H.B. Jassin, tidak banyak hanya satu dua orang bahkan nyaris tidak ada sama sekali. Kenyataannya H.B. Jassin di Gorontalo diingat hanya sebatas nama jalan belaka. Padahal di Indonesia H.B. Jassin begitu dihargai dan dihormati karena karya-karya serta keseriusannya dalam mengurusi sastra di Indonesia. Oleh karena kiprahnya di bidang kritik dan dokumentasi sastra yang begitu serius, H.B. Jassin mendapat predikat atau julukan “Paus Sastra” dari seorang kawan yaitu Gajus Siagian sekitar tahun 1952. Julukan “Paus Sastra